Bundaran
HI (Hotel Indonesia) adalah salah satu nama yang cukup terkenal bagi masyarakat
Jakarta khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Penduduk Jakarta pastinya
pernah melewati Bundaran HI, bukan? Icon yang menjadi simbol kedua, Kota
Jakarta, setelah icon Monas (Monumen Nasional) ini, ternyata memiliki arti yang
belum banyak diketahui oleh penduduk Jakarta sendiri. Jika diperhatikan,
sepertinya ada keganjalan pada simbol Bundaran HI ini. Dan hal ini menjadi
sebuah tanda tanya besar. Seakan Indonesia, negara yang kita cintai ini telah
dikuasai oleh suatu makhluk tersembunyi yang sangat menakutkan dan kita sendiri
bahkan tidak pernah merasakannya!

Selesai dibangun, Hotel Indonesia dan Bundaran
HI menjadi pintu gerbang bagi para pengunjung Jakarta. Bundaran itu merupakan
sebuah kolam bulat yang dilengkapi dengan air mancur. Sepintas kolam ini memang tampak seperti kolam yang ada pada umumnya,
yaitu berbentuk bulat dengan air mancur yang ada di dalamnya. Lalu apa yang
menjadi keganjalan pada kolam yang menjadi icon Kota Jakarta ini?
Percaya
atau tidak bahwa sebenarnya BUNDARAN HI
ADALAH SALAH SATU LAMBANG ILUMINATI.
Coba
perhatikan gambar-gambar berikut ini :
Sudah
cukup jelas, bukan? Lantas apa yang terlihat di sana? Sekali lagi, gambar ini pasti
mengingatkan kita akan sesuatu. Apa itu? MATA HORUS! Mata Horus merupakan
simbol iluminati atau Freemason. Siapa lagi di dunia ini yang memakai
simbol-simbol seperti itu selain mereka? Lalu kenapa simbol tersebut terdapat
pada Bundaran HI?
Yang jelas hal ini membuktikan, bahwa bukan hanya di
Amerika saja para Freemason ini membangun gedung-gedung infrastruktur kota,
akan tetapi mereka pun sudah membangun sesuatu di Indonesia. Bukti ini dapat
dijadikan sebagai acuan, bahwa mereka sebenarnya sudah pernah eksis pada zaman
dahulu di Indonesia, dan bukan tidak mungkin sampai sekarang mereka pun masih
berkeliaran di Indonesia. Mengapa? Ini terbukti dengan keganjilan yang ada pada
mata uang Rp 10.000,-
Sedikit
sebagai tambahan informasi seputar Budaran HI ini. Pada pasca zaman
pemerintahan Soeharto, Bundaran HI kerap kali dijadikan sebagai panggung
demonstrasi oleh berbagai elemen massa untuk berbagai kepentingan. Gubernur DKI
Jakarta, Sutiyoso, kala itu mencanangkan gerakan rehabilitasi, di mana bertujuan
agar Jakarta kembali menjadi kota yang rapi dan cantik, seperti Ibukota negara
lainnya. Salah satu proyeknya, di
tahun 2001, ialah merehabilitasi Bundaran HI, lengkap dengan air mancur dan
patung Tugu Selamat Datangnya, agar kembali menjadi salah satu icon Jakarta
yang cantik selain Monas.
Namun anehnya, program rehabilitasi air mancur
itu bernuansa Luciferistik “CAHAYA”, yakni “Membangun Kebanggaan Nasional
Melalui Pencahayaan”. Entah kebetulan atau tidak, kontraktor yang ditunjuk pun
General Electric (GE). GE dalam hal ini merupakan perusahaan yang juga
bertanggungjawab atas tata cahaya Patung Liberty di Washington DC dan Chain
Bridge di Hongaria. Di Jawa Tengah pun, GE pula yang menangani tata cahaya yang
terdapat di Candi Prambanan. Professor Nick Turse dalam “The Complex” (2009)
menulis, “GE adalah salah satu perusahaan Amerika yang dekat dengan industri
perang Pentagon. Sejak tahun 1957 hingga 1961, GE bahkan termasuk di dalam lima
besar kontraktor militer Pentagon di samping General Dynamics, Boeing,
Lockheed, dan North American Aviation. Sejak 2006, GE telah meluncur turun ke
urutan empat belas terbesar. Walau demikian, nila laba yang diperoleh GE di
tahun itu masih sangat besar, tidak kurang dari $ 2,3 miliar dari Departemen
Pertahanan AS, dengan mengerjakan sistem persenjataan untuk Helikopter tempur
Hawk UH-60 dan pesawat multiguna F/A-18 Hornet. Keduanya digunakan di Irak.” Tema
“CAHAYA” dalam proyek rehab Bundaran
HI yang dikerjakan oleh GE itu, dalam bahasa latin disebut dengan nama “Lucifer”.
Misteri demi misteri silih berganti bergulir di
sekitar kita. Dan tanpa disadari, semua yang ada di di dalam kehidupan ini
menyimpan banyak misteri. Ada yang terjawab dan tentu banyak sekali yang
menyisakan tanda tanya besar. Bukti bahwa berpikir skeptis sangat diperlukan
dengan apa yang di lihat, dengar, dan rasakan.
Sekian dan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar