.quickedit{display:none;} ; div.fullpost {display:none;} div.fullpost {display:inline;}

Halaman

It's not about mitos, but it's about the fact

Sabtu, 23 November 2013

Cara Menambahkan HTML dari Notepad

Hi, guys!

Pada kesempatan kali ini,saya ingin berbagi untuk kalian semua tentang cara membuat html dari notepad.
Berikut caranya :
1.    Buka notepad (start – all programs – notepad)
2.    Masukkan kode <marquee>It’s not about mitos, but it’s about the fact</marquee>
3.    Klik save dengan format, misalnya : (coba-coba*.html)
4.    Selanjutnya kalian log in ke blog kalian
5.    Klik Tata Letak – tambahkan gadget – pilih HTML/Javascript – copy paste <marquee>It’s not about mitos, but it’s about the fact</marquee>
6.    Klik save lagi

Keterangan : Untuk yang berwarna merah, kalimatnya dapat kalian ganti dengan kalimat kalian suka
Sekian dan terima kasih. Semoga apa yang saya berikan sangat bermanfaat J


Gurun Sahara Pernah Hijau?

Benua Afrika yang tersohor dengan Gurun Sahara erat kaitannya dengan samudera pasir luas, tanah tandus, dan udara panas. Namun, siapa sangka Afrika dulunya merupakan hamparan hijau yang luas.
Sekitar 10.000 tahun yang lalu, gurun Sahara mengalami fase yang disebut Holocene African Humid Period atau periode lembab Holosen Afrika. Di mana saat periode lembab tersebut, tumbuhan hijau tumbuh subur di Afrika. Savana hijau ini dijadikan tempat peternakan sapi dan memunculkan aktivitas pengolahan susu.
Dengan melihat gambar yang terdapat pada tembikar dan batu-batu kuno menunjukkan bahwa sekitar 7.000 tahun lalu di Gurun Sahara terdapat sapi, domba, dan kambing. Dalam gambar itu sesekali menunjukkan gambar pemerahan susu. Bahkan ada juga gambar pengembala yang sedang mengolah susu yang menjadi produk seperti yogurt, keju, dan mentega.
Kesimpulan ini berdasarkan hasil analisa pecahan tembikar kuno yang ditemukan di Libia. Peneliti Julie Dunne, seorang mahasiswa doktor di University of Bristol mengungkapkan, ternyata ditemukan lemak susu pada tembikar tersebut. "Yang paling menarik adalah susu satu-satunya makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak dalam satu kesatuan. Jadi susu merupakan bahan makanan yang sangat berguna bagi masyarakat zaman prasejarah," kata Dunne.
Meski belum pernah ada bukti yang menyatakan bahwa pemerahan susu sapi pernah ada pada masyarakat zaman pra sejarah di Afrika, penelitian baru ini membantu menjelaskan bagaimana manusia purba memiliki selera terhadap susu.
Konon, orang yang pertama kali memilki gaya hidup bertani ada sekitar 8.000 atau 9.000 tahun yang lalu di sekitar kawasan Mediterania. Setelah itu mereka mengembangkan pertanian susu dan menyebar pada kebiasaan mengonsumsi susu di Eropa.
Lebih lanjut Dunne memaparkan, pada saat yang sama, manusia bermigrasi dari sekitar kawasan Mediterania ke sebuah tempat yang saat ini dikenal dengan Mesir. Melalui pergerakan ini, maka menyebar pula mata pencaharian untuk menghasilkan susu di Afrika Utara.
Ketika para imigran baru yang datang ke Afrika mengembangkan ternak, maka orang pribumi (orang asli Afrika) dengan cepat melihat manfaat luar biasa dari ternak. "Anda benar-benar melihat evolusi dalam tindakan dalam jangka waktu yang sangat singkat, hanya 1.000 hingga 2.000 tahun," kata Dunne.
Selanjutnya para peneliti sedang merencanakan menganalisa sampel keramik dari beberapa tempat tinggal yang berlokasi di Afrika Utara. Tujuannya, menurut Dunne, mendapatkan gambaran lebih baik tentang bagaimana susu dan sapi menyebar di kalangan masyarakat antar benua. (Umi Rasmi Discovery News, Live Science)

Misteri Bigfoot

Pernah mendengar Bigfoot? Ia adalah makhluk berbulu kecokelatan dan bertubuh sangat besar.  Bigfoot, juga dikenal sebagai Sasquatch, digambarkan sebagai kera mirip manusia yang mendiami kawasan hutan di Pasific utara-barat, juga Kanada dan Amerika. Bigfoot yang berarti kaki besar adalah makhluk berukuran raksasa sisa peninggalan zaman purba..
 Sejak puluhan tahun lalu, banyak yang mengklaim pernah meilhat Bigfoot. Selama bertahun-tahun, telah terjadi banyak penampakan dan foto-foto Bigfoot tapi tidak ada bukti konklusif untuk memverifikasi keberadaannya.
Kisah tentang Bigfoot diperkirakan berasal dari masyarakat Pacific Northwest Utara, benua Amerika. Mereka beranggapan bahwa makhluk dengan tinggi sekitar 2-3 meter dan berat 230 kilogram tersebut tinggal di dalam hutan. Di tahun 1958, nama Bigfoot menjadi terkenal lantaran berita mengenai kematian seorang petugas penebang kayu. Di dekat mayat tersebut terlihat jejak kaki sangat besar, yang diduga kuat merupakan Bigfoot. Walau ada yang bersaksi bahwa itu adalah hoax, namun banyak juga yang yakin akan keberadaannya.
Di samping itu, muncul foto yang sangat terkenal. Yaitu, tahun 1967 oleh Roger Patterson dan Robert  serta foto yang diambil pemburu Rick Jacobs di tahun 2007. Namun, beberapa pengamat tidak meyakini hasil gambar tersebut.
Pendapat di kalangan ilmuan pun terbagi dua. Banyak yang berpendapat bahwa itu hanya cerita rakyat, atau kesalahan mengidentifikasikannya dengan hewan lain. Misalnya, beruang. Tapi ada pula yang sangat tertarik untuk melakukan penelitian dan percaya bahwa Bigfoot benar-benar nyata. Apapun itu, yang pasti pencarian Bigfoot masih berlangsung hingga saat ini.
Diperkirakan, hewan tersebut masih hidup di kawasan pegunungan bersalju, di antaranya di Amerika Serikat dan gunung Himalaya China. Banyak orang percaya bahwa makhluk ini dapat ditemukan di seluruh dunia dengan nama-nama yang berbeda, seperti Yeti di Tibet dan Nepal, Yeren di China dan Yowie di Australia.
Diperkirakan makhluk itu hidup pada masa dinosaurus, beberapa di antaranya masih bertahan hidup hingga kini. Konon penampakan Bigfoot itu dilaporkan pertama kali tahun 1924, tapi dikatakan itu bukan yang pertama, karena tahun 1860 telah ada laporan penampakan monster ini.

Keganjalan pada Bundaran HI

Bundaran HI (Hotel Indonesia) adalah salah satu nama yang cukup terkenal bagi masyarakat Jakarta khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Penduduk Jakarta pastinya pernah melewati Bundaran HI, bukan? Icon yang menjadi simbol kedua, Kota Jakarta, setelah icon Monas (Monumen Nasional) ini, ternyata memiliki arti yang belum banyak diketahui oleh penduduk Jakarta sendiri. Jika diperhatikan, sepertinya ada keganjalan pada simbol Bundaran HI ini. Dan hal ini menjadi sebuah tanda tanya besar. Seakan Indonesia, negara yang kita cintai ini telah dikuasai oleh suatu makhluk tersembunyi yang sangat menakutkan dan kita sendiri bahkan tidak pernah merasakannya!
Semua orang yang ada di Jakarta, sudah pasti tahu dengan monumen kolam air mancur ini. Presiden Soekarno, pada tahun 1960-an, pernah memerintahkan untuk membangun beberapa proyek konstruksi demi mempercantik Kota Jakarta dalam persiapan Asean Games ke IV. Termasuk diantaranya adalah pembangunan Kompleks Olahraga Ikada (Gelora Bung Karno) yang biasa disebut dengan GBK, dan beberapa patung lainnya termasuk monumen Selamat Datang yang dikenal sebagai Tugu Selamat Datang. Monumen Selamat Datang ini terletak tepat di tengah-tengah Bundaran HI. Disebut demikian karena Bundarah HI ini berdekatan dengan Hotel Indonesia. Bundaran yang berada di pusat jantung kota Jakarta ini, tepat pula berada di tengah-tengah beberapa jalan utama di Jakarta. Bahkan pada zaman VOC, pintu gerbang Menteng sendiri berada di seputaran Gondangdia, Masjid Cut Mutiah sekarang. Namun pada masa Orde Baru, pintu gerbangnya ‘dipindahkan’ dan bukan lagi di sebelah utara, akan tetapi di sebelah baratnya., yaitu Bundaran Hotel Indonesia.
Selesai dibangun, Hotel Indonesia dan Bundaran HI menjadi pintu gerbang bagi para pengunjung Jakarta. Bundaran itu merupakan sebuah kolam bulat yang dilengkapi dengan air mancur. Sepintas kolam ini memang tampak seperti kolam yang ada pada umumnya, yaitu berbentuk bulat dengan air mancur yang ada di dalamnya. Lalu apa yang menjadi keganjalan pada kolam yang menjadi icon Kota Jakarta ini?
Percaya atau tidak bahwa sebenarnya BUNDARAN HI ADALAH SALAH SATU LAMBANG ILUMINATI.
Coba perhatikan gambar-gambar berikut ini :




                Sudah cukup jelas, bukan? Lantas apa yang terlihat di sana? Sekali lagi, gambar ini pasti mengingatkan kita akan sesuatu. Apa itu? MATA HORUS! Mata Horus merupakan simbol iluminati atau Freemason. Siapa lagi di dunia ini yang memakai simbol-simbol seperti itu selain mereka? Lalu kenapa simbol tersebut terdapat pada Bundaran HI?
          Yang jelas hal ini membuktikan, bahwa bukan hanya di Amerika saja para Freemason ini membangun gedung-gedung infrastruktur kota, akan tetapi mereka pun sudah membangun sesuatu di Indonesia. Bukti ini dapat dijadikan sebagai acuan, bahwa mereka sebenarnya sudah pernah eksis pada zaman dahulu di Indonesia, dan bukan tidak mungkin sampai sekarang mereka pun masih berkeliaran di Indonesia. Mengapa? Ini terbukti dengan keganjilan yang ada pada mata uang Rp 10.000,-
Sedikit sebagai tambahan informasi seputar Budaran HI ini. Pada pasca zaman pemerintahan Soeharto, Bundaran HI kerap kali dijadikan sebagai panggung demonstrasi oleh berbagai elemen massa untuk berbagai kepentingan. Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, kala itu mencanangkan gerakan rehabilitasi, di mana bertujuan agar Jakarta kembali menjadi kota yang rapi dan cantik, seperti Ibukota negara lainnya. Salah satu proyeknya, di tahun 2001, ialah merehabilitasi Bundaran HI, lengkap dengan air mancur dan patung Tugu Selamat Datangnya, agar kembali menjadi salah satu icon Jakarta yang cantik selain Monas.
Namun anehnya, program rehabilitasi air mancur itu bernuansa Luciferistik “CAHAYA”, yakni “Membangun Kebanggaan Nasional Melalui Pencahayaan”. Entah kebetulan atau tidak, kontraktor yang ditunjuk pun General Electric (GE). GE dalam hal ini merupakan perusahaan yang juga bertanggungjawab atas tata cahaya Patung Liberty di Washington DC dan Chain Bridge di Hongaria. Di Jawa Tengah pun, GE pula yang menangani tata cahaya yang terdapat di Candi Prambanan. Professor Nick Turse dalam “The Complex” (2009) menulis, “GE adalah salah satu perusahaan Amerika yang dekat dengan industri perang Pentagon. Sejak tahun 1957 hingga 1961, GE bahkan termasuk di dalam lima besar kontraktor militer Pentagon di samping General Dynamics, Boeing, Lockheed, dan North American Aviation. Sejak 2006, GE telah meluncur turun ke urutan empat belas terbesar. Walau demikian, nila laba yang diperoleh GE di tahun itu masih sangat besar, tidak kurang dari $ 2,3 miliar dari Departemen Pertahanan AS, dengan mengerjakan sistem persenjataan untuk Helikopter tempur Hawk UH-60 dan pesawat multiguna F/A-18 Hornet. Keduanya digunakan di Irak.” Tema “CAHAYA” dalam proyek rehab Bundaran HI yang dikerjakan oleh GE itu, dalam bahasa latin disebut dengan nama “Lucifer”.
Misteri demi misteri silih berganti bergulir di sekitar kita. Dan tanpa disadari, semua yang ada di di dalam kehidupan ini menyimpan banyak misteri. Ada yang terjawab dan tentu banyak sekali yang menyisakan tanda tanya besar. Bukti bahwa berpikir skeptis sangat diperlukan dengan apa yang di lihat, dengar, dan rasakan.

Sekian dan terima kasih. 

Kamis, 21 November 2013

Atlantis Yang Hilang


Plato (427-347) SM menyatakan bahwa puluhan ribu tahunlalu telah terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagain permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.
Penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut dengan Indonesia. Setelah melaukan penelitian selama 30 tahun, ia membuat sebuah buku yang bernama “Atlantis , The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato‘s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan seperti cuaca, luas wilayah, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasiasi sawah yang khas Indonesi, menurutnya adalah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Mexico.

INDONESIA BAGIAN DARI ATLANTIS?
          Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadjamelalui UU No. 44 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah Nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk pada penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu, wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.


Santos menetepakn bahwa pada masa lalu itu, Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif yang dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, yang terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
          Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa tiu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (es Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunug berapi secara bersamaan yang sebagian bear terletak di wilayah Indonesia (dahulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air yang berasal dari es yang mencair. Di antaranya adalah letusan Gunug Meru di India Selatan dan Gunung Mahameru di Jawa Timur. Lalu, letusan gunung berapi di Sumetra yang membentuk Danau Toba dengan Pulau Samosir, yang merupkan puncak gunung yang meletus pada masa itu. Letusan yang paling dahysat di kemudian hari pada masa itu adalah pada saat letusan Gunung Krakatau yang memecah bagian Sumatera dengan Jawa dan yang lainnya, serta membentuk Selat di dataran Sunda, yang disebut dengan Selat Sunda (selat yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa).
         
Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalia (Portugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atalantis pada masa itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu dan teknologi, seta yang lainnya. Palto menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Di mana pada masanya, Plato bersikukuh menyatakan bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) saja secara menyeluruh.
Ocean sendiri berasal dari kata Sanskrit Ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking. Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya sehingga mengakibatkan tekanan luar kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya, Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak palto telah melakukan dua kekhilafan. Pertama, mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samuder ATlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian milier Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbuki tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena asa peribahasa yang berbunyi, “Amicus Plato, sed magis amica veritas”, yang berarti “Saya senang kepada Plato, tetapi saya lebih senang kepada kebenaran”.
Namun ada beberapa keadaan di masa kini yang dimana antara Plato dan Santos memiliki pendapat yang sama, yakni pertama bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan bahwa Atlantis itu adalah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunug berapi di Indonesia di antaranya, Gunung Kerinci, Gunung Talang, Gunung Krakatau,Gunung Malabar, Gunung Galunggung, Gunung Pangrango, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Semeru, Gunung Bromo, Gunung Agung, Gunung Rinjani dan sebagian gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistem kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekasi penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Bahwa Indonesia adlah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris dari benua Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya adalah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagamana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.